e-Foodtech Future – Rumput laut memiliki peluang untuk terus dikembangkan baik sebagai bahan baku maupun bahan tambahan pangan. Indonesia dengan daerah pantai yang luas merupakan salah satu penghasil rumput laut terbesar, setelah Chili untuk Gracilaria sp. dan setelah Filipina untuk Euchema sp.,. Dua jenis rumput laut tersebut adalah andalan Indonesia : Gracilaria sp. merupakan bahan baku untuk pembuatan agar, sedang Euchema sp. biasa dikembangkan menjadi karagenan, yang merupakan ingridien pangan untuk penstabil, pengental, dan pembentuk gel.
Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang berpotensi sebagai sumber pangan dan obat-obatan. Tumbuhan ini mengandung polisakarida yang banyak digunakan sebagai bahan pangan. Rumput laut juga kaya akan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan diantaranya yaitu pigmen, yang dihasilkan oleh rumput laut merah (Rhodophyceae), rumput laut hijau (Chlorophyceae), dan rumput laut coklat (Phaeophyceae). Setiap jenis rumput laut mempunyai pigmen yang spesifik dengan komposisi yang berbeda. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan dan komposisi pigmen rumput laut diantaranya terdapat pada jenis Kappaphycus alvarezii, Caulerpa sp., dan Sargassum sp. Pada Kappaphycus alvarezii, terdapat beberapa jenis pigmen yaitu karoten (0,947%), turunan klorofil (16,418%), klorofil a (74,920%), xantofil (7,715%). Caulerpa sp. mengandung karoten (0,294 %), turunan klorofil (18,731%), klorofil a (26,817%), klorofil b (12,906%), dan xantofil (29,758%). Sargassum sp. mengandung b-karoten (1,49%), fukoxantin (20,95 %), klorofil a (52,82%), klorofil c (1,05 %), turunan klorofil (15,23%) serta xantofil (8,46%).
Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pangan telah dilakukan sejak jaman dahulu bahkan rumput laut disinyalir telah dikonsumsi sejak jaman manusia purba. Rumput laut umumnya bersifat edible (dapat dimakan). Tumbuhan laut ini kaya akan polisakarida, mineral esensial, vitamin serta protein, rendah kalori dan rendah lemak. Kadar polisakarida dalam rumput laut mencapai 4-76% dari berat keringnya. Terdapat sekitar 56 jenis mineral dan trace mineral dalam rumput laut. Kadar mineral dalam rumput laut 10-20 kali lebih tinggi daripada mineral dalam tumbuhan darat. Dalam rumput laut juga tersimpan vitamin A, B, C, dan D serta vitamin E. Rumput laut juga mengandung vitamin B12 yang umumnya ditemukan dalam hewan. Kadar protein pada rumput laut mencapai 10-40% sedangkan kadar lemak hanya berkisar 1-5% dari berat kering. Jenis lemak dalam rumput laut merupakan PUFA (polyunsaturated fatty acid) khususnya asam lemak omega-3 dan omega-6 yang terkonsentrasi dalam fraksi galaktolipid. Rumput laut telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat Asia dalam pengobatan penyakit kanker, hati dan tiroid; meningkatkan fungsi imun tubuh; sebagai anti-bakteri serta anti-virus. Perlunya konsumsi rumput laut dalam menu sehari-hari cukup beralasan mengingat beragam substansi penting serta manfaatnya untuk menunjang dan melindungi kesehatan tubuh.
Berbagai penelitian menunjukkan potensi rumput laut sebagai sumber pangan penting. Tidak mengherankan jika saat ini dunia sedang booming makan rumput laut. Beragam cara dilakukan untuk menyertakan rumput laut dalam menu makanan karena tumbuhan yang kini dijuluki sebagai “super food” ini dipercaya tidak hanya mengenyangkan tetapi juga menyehatkan tubuh. Semoga di negeri yang dikenal sebagai salah satu penghasil rumput laut terbesar di dunia ini tren makan rumput laut juga semakin meningkat. Rumput laut potensial sebagai solusi pangan cerdas untuk ikut berperan dalam menjaga kestabilan pangan, menunjang kesehatan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Demikian Kavadya Syska, Koordinator Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto menambahkan.
Sumber: wawancara dan olah pustaka
Teknologi Pangan UNU Purwokerto: Kreatif, Inovatif, Luar Biasa
Teknologi Pangan UNU Purwokerto: Developing Creative and Innovative Future
Leave a Reply