e-Foodtech Future – Indeks glikemik merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu pangan, terutama pangan fungsional. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuannya dalam mempengaruhi fisiologis manusia. Indeks glikemik (IG) merupakan suatu ukuran yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan pangan berkarbohidrat berdasarkan pengaruh fisiologisnya terhadap kadar glukosa darah. Dalam hal ini, glukosa atau roti tawar dipakai sebagai standar dengan nilai 100 dan nilai IG makanan yang diuji merupakan persen terhadap standar tersebut. Demikian disampaikan oleh Kavadya Syska, Koordinator Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto.
Indeks Glikemik (IG) adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mengindikasikan seberapa cepat karbohidrat yang terdapat dalam makanan dapat diubah menjadi gula oleh tubuh manusia. Ukuran ini berupa skala dari 0-100. Sebagai contoh, gula murni misalnya memiliki angka indeks glikemik 100, ini berarti karbohidrat dalam gula murni sangat cepat diubah oleh tubuh menjadi gula untuk energi bagi tubuh. Indeks glikemik juga dapat menginformasikan bagaimana pengaruh makanan terhadap kadar gula darah dan insulin. Semakin rendah nilai indeks glikemik maka akan semakin sedikit pengaruhnya terhadap level insulin dan kadar gula darah.
Pada awalnya, karbohidrat diklasifikasikan menjadi dua yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks tergantung pada seberapa banyak gula sederhana yang terdapat dalam molekulnya. Karbohidrat yang terdiri dari satu atau dua gula sederhana (seperti fruktosa atau sukrosa) disebut karbohidrat sederhana. Sementara makanan yang berpati disebut karbohidrat kompleks karena pati tersusun dari rantai panjang gula sederhana yaitu glukosa.
Anjuran untuk lebih banyak mengonsumsi karbohidrat kompleks dibanding karbohidrat sederhana berasal dari asumsi bahwa makanan berpati hanya menaikkan sedikit kadar gula dalam darah setelah dicerna dibandingkan dengan gula sederhana. Asumsi ini dinilai kurang sesuai karena respon gula darah terhadap masing-masing jenis makanan berkabohidrat kompleks berbeda-beda. Maka dari itu dicetuskan konsep indeks glikemik di mana masing-masing makanan diukur seberapa besar pengaruhnya terhadap kadar gula darah.
Untuk menentukan nilai indeks glikemik suatu makanan, para relawan dalam keadaan sehat akan diminta untuk mengonsumsi makanan yang mau diukur indeks glikemiknya, makanan ini setidaknya harus mengandung 50 gram karbohidrat. Kemudian relawan akan diminta untuk mengonsumsi makanan kontrol (berupa roti atau glukosa murni) dengan jumlah karbohidrat yang sama. Setelah itu, kadar gula darah akan diukur secara berkala. Perubahan kadar gula darah setelah mengonsumsi kedua jenis makanan tersebut akan dikalkulasikan dan dibandingkan hingga ditemukan angka indeks glikemiknya.
Semakin kecil angka indeks glikemik, maka akan semakin kecil dampaknya terhadap kadar gula darah Anda. Indeks glikemik dikelompokkan menjadi: <55: rendah, 56-69: sedang, dan >70: tinggi.
Contoh nilai indeks glikemik beberapa makanan antara lain: Roti tawar: tiap 30 gram nilai indeks glikemiknya sebesar 71 (tinggi). Pisang: tiap 120 gram nilai indeks glikemiknya sebesar 60 (sedang). Madu: tiap 25 gram nilai indeks glikemiknya sebesar 61 (sedang). Jus tomat kaleng: tiap 250 ml nilai indeks glikemiknya sebesar 38 (rendah). Oatmeal: tiap 250 gram nilai indeks glikemiknya sebesar 55 (rendah). Apel: tiap 120 gram nilai indeks glikemiknya sebesar 39 (rendah). Kacang kedelai: tiap 150 gram nilai indeks glikemiknya sebesar 15 (rendah). Wortel: tiap 80 gram nilai indeks glikemiknya sebesar 35 (rendah).
Indeks glikemik suatu makanan tidak selalu sama nilainya. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai indeks glikemik yaitu: Cara mengolah atau mempersiapkan makanan: beberapa komponen dalam makanan seperti lemak, serat, dan asam (yang terdapat pada lemon atau cuka) secara umum bersifat menurunkan kadar indeks glikemik. Semakin lama Anda memasak makanan berpati, seperti pasta misalnya, maka indeks glikemiknya akan semakin tinggi. Tingkat kematangan: pada buah-buahan terutama, tingkat kematangan akan sangat mempengaruhi nilai indeks glikemik. Sebagai contoh, semakin matang buah pisang maka nilai indeks glikemiknya akan semakin tinggi. Makanan lain yang Anda makan: nilai indeks glikemik ditentukan berdasarkan masing-masing jenis makanan. Tetapi pada kenyataannya, kita cenderung lebih sering mengonsumsi beberapa jenis makanan sekaligus. Ini dapat mempengaruhi bagaimana tubuh mencerna karbohidrat. Jika Anda mengonsumsi makanan yang memiliki nilai indeks glikemik tinggi, disarankan untuk mencampurnya dengan makanan dengan nilai indeks glikemik rendah. Kondisi tubuh: usia, aktivitas fisik, dan seberapa cepat tubuh Anda mencerna makanan turut mempengaruhi bagaimana tubuh Anda mencerna dan bereaksi terhadap karbohidrat.
Meskipun indeks glikemik merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mengontrol kadar gula darah Anda, tetapi indeks glikemik sebaiknya tidak digunakan sebagai satu-satunya parameter untuk memilih jenis makanan yang akan Anda konsumsi. Sebagai contoh, keripik kentang memiliki nilai indeks glikemik yang rendah tetapi jika dilihat kadar lemak jenuhnya, keripik kentang memiliki kadar lemak jenuh yang cukup tinggi. Sehingga selain nilai indeks glikemik, Anda juga harus tetap memperhatikan kandungan gizi lain yang terdapat dalam makanan yang Anda konsumsi.
Sumber: wawancara dan olah pustaka
Teknologi Pangan: Kreatif, Inovatif, Luar Biasa
Teknologi Pangan: Developing Creative and Innovative Future
Leave a Reply