MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA HADIR SEBAGAI KEYNOTE SPEAKER PADA ACARA SEMINAR NASIONAL (SERI II)

Home / Berita / MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA HADIR SEBAGAI KEYNOTE SPEAKER PADA ACARA SEMINAR NASIONAL (SERI II)
MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA HADIR SEBAGAI KEYNOTE SPEAKER PADA ACARA SEMINAR NASIONAL (SERI II)

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, BAPAK M.HANIF DHAKIRI,S.Ag.,M.Si. HADIR SEBAGAI KEYNOTE SPEAKER PADA ACARA SEMINAR NASIONAL (SERI II) DI UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO(UNU PURWOKERTO)

Purwokerto,14 April 2018,UNU Purwokerto kembali menggelar Seminar Nasional dengan tema Teknologi,Kewirausahaan,dan Pemberdayaan Ekonomi:Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Bangsa. Acara ini di mulai dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Pada sesi 1,acara ini dibuka secara resmi oleh wakil Rektor 1 UNU Purwokerto Bapak Dr.Ir. Heru Adi Djatmiko,M.P. Dalam sambutannya,Pak Heru menyampaikan bahwa sekarang berada di era revolusi industri 4, dimana kita harus kerja secara cepat dan tepat. Di bidang akademik manusia hendaknya mampu menggunakan literasi data dan teknologi. Ada 30 judul makalah hasil penelitian yang dipresentasikan secara paralel pada sesi 1. Dari bidang saintek terdapat 21 judul dan 9 judul di bidang Sosial Humaniora. Para pemakalah berasal dari dosen UNU Purwokerto dan berbagai Perguruan Tinggi seperti Universitas Jenderal Soedirman,IAIN Purwokerto,Universitas Tidar,Universitas Peradaban,UMNU Kebumen,dan yang lainnya.

Pada sesi 2, di awali diskusi  panelis dengan moderator Bapak Dr.Ir.Heru Adi Djatmiko,M.P. Pembicara Panelis yang pertama adalah Bapak Fadhil Nugroho (Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto). Pak Fadhil menyampaikan materi dengan judul”Program Pengembangan Ekonomi Pesantren”. Ekonomi konvensional banyak mengkonsumsi produk impor. Seperti produk China yang memburu sertifikat halal dari Indonesia,namun Indonesia mengimpor produk-produk tersebut. Sehingga perlu ada ekonomi syariah sebagai sumber ekonomi baru. Strategi pengembangannya melalui 3 pilar yakni Kebijakan ekonomi syariah daerah,nasional dan internasional. Kini yang menjadi target BI adalah ekonomi pesantren. Supaya produk-produk pesantren dapat menjadi sumber ekonomi baru di masyarakat.

Pembicara Panelis yang kedua Bapak Dr.Luthfi Mahasin. Pak Luthfi menyampaikan kisah inspiratif mengenai pembangunan ekonomi 100 tahun lalu yakni munculnya Bank Priyayi Indonesia,sekarang dikenal dengan BRI. Awal munculnya Bank Priyayi merupakan hasil dari kas masjid. Jadi, jaringan pesantren mempunyai peranan penting dalam keberlanjutan ekonomi. Kemandirian ekonomi dan ketahanan Bangsa saling mendukung.

Pembicara Panelis ketiga, Prof.Dr.Hibnu Nugroho,S.H.,M.H. menyampaikan materi dengan judul “Membangun Generasi Yang Berintegritas Untuk Mencapai Kemandirian Pesantren”. Bangsa Indonesia harus membangun budaya jujur. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal(aspek ekonomi,politik,manajemen,organisasi,hukum) dan faktor internal(aspek moral).Prinsip-prinsip antikorupsi juga penting untuk kemajuan generasi Indonesia.

Serangkaian Seminar Nasional ini dilanjutkan oleh keynote speaker Menteri Ketenagakerjaan RI, Bapak M.Hanif Dhakiri,S.Ag.M.Si. dengan judul materi ” Persiapan Generasi Milenial Mahasiswa Memasuki Dunia Kerja”. Daya Saing menjadi kunci. Sehingga seseorang harus di atas standar. Karakter menjadi modal dasar bersaing. Menurut Pak Hanif ada 5K supaya mampu bersaing yakni (Karakter,Kompetensi,Kolaborasi,Konstribusi,Kreativitas/Inovasi). Generasi milenial Mahasiswa harus percaya diri,lebih cerdas,kreatif,menyukai tantangan,inovasi dan melek teknologi. Karena arus digitalisasi sudah masuk ke dunia bisnis dan pekerjaan di seluruh dunia. Ekonomi  berbasis ilmu pengetahuan. Sekarang kita semua berada di masa keberlimpahan. Ketika produksi bersaing maka orang- orang mengandalkan inovasi. Yang akan bertahan bukan orang yang kuat dan pintar. Tapi orang yang paling responsif terhadap perubahan. Jika tidak kompetitif dan inovatif maka akan kalah.

Di akhir acara, Pak Menteri kembali menegaskan bahwa untuk menghadapi perubahan itu,maka harus memiliki kecepatan(speed) dan kelincahan(agility) supaya dapat bersaing dengan kompetitor. Pak Hanif menambahkan bahwa Perguruan Tinggi hendaknya dekat dengan industri.  Selain itu, Pak hanif juga mengembangkan program-program vokasi dan skill untuk melatih kesiapan generasi milenial.

 

Penulis: Ade Christanty Yudha Bestari,S.S.,M.Si.

Leave a Reply

Your email address will not be published.