IMPLEMENTASI PERTANIAN ORGANIK DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DAN PESTISIDA NABATI DI DESA SIKAPAT, SUMBANG BANYUMAS

Home / Agroteknologi / IMPLEMENTASI PERTANIAN ORGANIK DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DAN PESTISIDA NABATI DI DESA SIKAPAT, SUMBANG BANYUMAS
IMPLEMENTASI PERTANIAN ORGANIK DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DAN PESTISIDA NABATI DI DESA SIKAPAT, SUMBANG BANYUMAS

Purwokerto, 10 November 2018

Setelah upacara dalam rangka memperingati hari pahlawan, 10 November 2018 di UNU Purwokerto, tujuh orang dosen Program Studi Agroteknologi beserta mahasiswanya bergerak 18 km menuju Utara.  Mereka menuju Desa Sikapat, Kecamatan Sumbang untuk menggelar Program Pengabdian Masyarakat dengan sasaran Wanita Kelompok Tani. Program ini merupakan program lanjutan, setelah pada bulan September lalu telah dilakukan penyuluhan tentang Pembangunan Pertanian Organik untuk Produk Hortikultura.  Dengan berbekal semangat para pahlawan, tim dari Program Studi. Agroteknologi menggelar pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati dengan bahan-bahan yang mudah didapat dari lingkungan sekitar. “Getah pepaya itu mengandung enzim papain dan senyawa-senyawa seperti flavonoid yang sangat beracun bagi serangga, senyawa ini juga terkandung dalam daun sirsak, sehingga kedua jenis daun tersebut dapat dijadikan bahan pestisida nabati”, papar Ratna Dwi Hirma Windriyati, S.Si., M.Si., dosen Hama Penyakit dan Tanaman dari Program Studi Agroteknologi UNU Purwokerto.  Dalam kesempatan kali ini, Wanita Kelompok Tani diajari cara membuat pestisida nabati dengan tiga komposisi bahan dasar yang berbeda.

Ibu Sukiyem, seorang peserta pelatihan merupakan ibu rumah tangga yang memiliki sampingan dengan membuat usaha pembibitan tanaman hias.  “Usaha di rumah saja untuk menambah penghasilan, sebab setelah kecelakaan dulu, badan saya ringkih, jadi tidak bisa kerja yang lain”, ujarnya.  Usahanya dilakukan dengan meminjam kredit usaha kecil sebagai modal awal. Serangan hama dan penyakit merupakan hal yang dikeluhkan Ibu Sukiyem. Hama kutu putih dan ulat, merupakan hama utama yang sering membuatnya rugi.  “Sudah susah-susah misahin Aglonema, tahu-tahu daunnya habis dimakan ulat dalam waktu semalam saja”, begitu ceritanya pada tim dari UNU Purwokerto. Sebagian besar Wanita Kelompok Tani di Dusun Watujaran Desa Sikapat ini memang sebagian besar memiliki usaha tanaman hias jenis daun seperti aglonema serta jenis lain seperti Lidah Mertua (Sansiviera) dan Kuping Gajah (Anthurium Chrystalinum), pembibitan ada yang dilakukan di lahan sendiri, adapula yang menyewa.  Berbekal keuletan dan kerja keras, dari satu indukan tanaman hias yang mereka beli, tanaman kemudian diperbanyak dengan memisahkan anakannya atau dengan cara stek, pupuk dan pestisidanya yang digunakan untuk perawatan adalah pupuk dan pestisida kimia.  Karena itu, tim Dosen dari Program Studi Agroteknologi UNU Purwokerto, menganjurkan agar Wanita Kelompok Tani Sikapat mulai mengurangi penggunaan zat-zat kimia, dan menggantinya dengan bahan-bahan organik. Bapak Rifqi Adisonda, S.P., M.P., menjelaskan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida nabati, selain murah, mudah didapat bahan-bahannya, juga dapat memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat kelebihan pupuk kimia/anorganik dalam tanah.

Pada pelatihan ini, Tim Dosen memberikan larutan stok pestisida nabati dari masing-masing jenis bahan dasar sebanyak 1 botol sebagai kenang-kenangan untuk Wanita Kelompok Tani.  Larutan tersebut, dapat diencerkan sesuai dengan tingkat serangan hama dan penyakit. Untuk serangan rendah, cukup membuat pestisida nabati 10 %, dengan cara mencampur 100 ml larutan stok dengan 900 ml air.  Konsentrasi dapat ditambah jika serangan hama juga lebih besar/banyak. Ibu Ari Kurniawati, S.P.,M.Si., menganjurkan pestisida disemprotkan pada sore hari agar tepat mengenai hama penggangu yang biasanya aktif di malam hari.

Setelah demo pembuatan pestisida nabati selesai, pesertapun diajak keluar untuk melihat demo pembuatan pupuk organik.  Di Desa Sikapat, kotoran hewan seperti kambing dan ayam sangat mudah didapat, namun biasanya kotoran tersebut dibiarkan begitu saja sampai dapat digunakan sebagai pupuk. Hal ini tentu memakan waktu berbulan-bulan.  Padahal ada satu teknologi yang mudah dan murah untuk membuat proses penguraian menjadi lebih cepat. Salah satunya adalah dengan menggunakan bioactivator seperti stardec.  “Stardec pada dasarnya mengandung koloni mikroorgaisme yang mampu merubah kotoran hewan menjadi pupuk organik dalam waktu kurang lebih 4 minggu saja”, papar Bapak Bayu Handoko, S.P., M.P.

Dibantu mahasiswa dari Program Studi Agroteknologi, Bapak Bagus Nur Rochman, S.P., M.P. memperagakan teknik mencampur dan mengaduk agar hasil fermentasi pupuk organik berlangsung dengan baik.  “Pengadukan yang rata akan mempermudah proses fermentasi. Stardec ini salah satu bioactivator yang praktis karena proses fermentasinya tidak perlu ditutup terpal’, paparnya.

Setelah semua demo selesai, Wanita Kelompok Tani juga dibagikan leaflet tentang materi yang telah diberikan.  Larin Tikafebrianti, S.P., M.Agr., selaku koordinator tim pengabdian masyarakat di Desa Sikapat, berharap agar pelatihan dan praktek yang sudah diberikan akan menjadi ilmu baru yang dapat diaplikasikan dan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi Wanita Kelompok Tani.  Apalagi pelatihan ini kemudian mendapat apresiasi dari Bapak Kepala Desa Sikapat, Bapak Badarudin, yang berkenan hadir dalam acara tersebut. Bapak Kepala Desa berharap, program pengabdian tidak hanya berlangsung musiman, namun dapat berkelanjutan dan membawa perubahan yang nyata bagi warga desanya.

Diakhir acara, semua anggota pelatihan berfoto bersama, Dengan peserta hampir 40 orang, Gita Anggraeni, S.P., M.Si., selaku Koordinator Program Studi, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat, terutama kepada para mahasiswa yang telah ikut aktif dalam mempersiapkan acara Pengabdian Masyarakat Program Studi Agroteknologi UNU Purwokerto.

MAJU TERUS HIMAGROTEK, BERSAMA KITA BISA!

Penulis : Larin Tikafebrianti, S.P., M.Agr.

Leave a Reply

Your email address will not be published.