ASWAJA- Teknologi Pangan: Tahun Baru Islam 1443, “Continous Improvement” untuk Daya Saing di Era Dispupsi

Home / Teknologi Pangan / ASWAJA- Teknologi Pangan: Tahun Baru Islam 1443, “Continous Improvement” untuk Daya Saing di Era Dispupsi
ASWAJA- Teknologi Pangan: Tahun Baru Islam 1443, “Continous Improvement” untuk Daya Saing di Era Dispupsi

e-Foodtech Future – Tahun Baru Islam jatuh setiap 1 Muharram yang menandai peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada 622 M. Penetapan bulan Muharram sebagai awal Tahun Baru Islam dalam kalender Hijriyah merupakan hasil dari musyawarah para sahabat Nabi Muhammad SAW. Sekitar3-4 tahun setelah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, Abu Musa Al-Ash’ari meminta Khlifah Umar membantu sistem untuk menyelesaikan masalah penanggalan. Setelah berdiskusi beberapa anggota menyarankan kelahiran Rasulullah SAW untuk menandai awal kalender, sebagian wafatnya Nabi Muhammad, namun kebanyakan memberi saran saat terjadi hijrah.

Sejarah Tahun Baru Islam bermula ketika umat Islam mengalami kesulitan dalam menentukan tahun. Lalu, para sahabat Nabi Muhammad seperti Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Thalhan bin Ubaidillah berkumpul untuk menentukan kalender Islam. Para sahabat nabi tersebut saling menyuarakan usulnya. Di antara usulan tersebut terdapat pendapat yang mengatakan penanggalan Islam dihitung dari peristiwa penyerangan Abrahah terhadap Ka’bah yang dikenal dengan Amul Fiil (tahun gajah). Ada juga yang menyarankan kalau penanggalan Islam dihitung dari turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah SAW. Ada pula yang mengusulkan penanggalan Islam dihitung dari wafatnya Rasulullah SAW. Hal tersebut dikarenakan waktu itu diturunkan wahyu terakhir yang menegaskan bahwa Islam sebagai agama yang sempurna. Lalu, Ali bin Abi Thalib mengusulkan agar kalender Hijriah Islam dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah yang akhirnya usul Ali bin Abi Thali blah yang diterima. Hijrah merupakan peristiwa penting dalam perkembangan Islam, karena dengan kepindahan inilah Rasulullah SAW bisa membentuk masyarakat muslim. Dengan penetapan tersebut maka 622 Masehi menjadi tahun pertama pada Kalender Hijriah.

Maslakhatun Malia, Ketua Dept. of Islamic Affair and Charitable Activities, Himitepa menjelaskan bahwa Tahun Baru Hijriyah atau Tahun Baru Islam merupakan suatu hari yang penting bagi umat Islam karena menandai peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam yaitu memperingati penghijrahan Nabi Muhammad SAW. Ditambahkan oleh Malia yang juga Mahasiswi Semester 7 Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, pergantian tahun baru bisa diisi dengan kegiatan ibadah, kegiatan sosial, atau kegiatan intelektual yang lebih bermanfaat dari pada pesta pora dan foya-foya. penyambutan tahun baru dengan pesta-pora atau berfoya-foya tidak dianjurkan di Agama Islam. Hal senada disampaikan oleh Fatih, panggilan Fatimah Wahdah, Mahasiswi Penerima PKM-RE dan PHP2D tahun 2021 dari Belmawa Kemdikbudristek menyampaikan bahwa tahun baru Islam menjadi lembaran baru pada tahun berikutnya untuk lebih memperbaiki diri lagi, terutama meningkatkan hubungan diri kepada Allah SWT lebih bersyukur dan banyak beramal baik.

Pada kesempatan berbeda, Restu Aji Saripwijaya Pranoto, Ketua Umum Himitepa (Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan), UNU Purwokerto menyampaikan bahwa Hikmah 1 Muharram yaitu kita harus menuntut ilmu ditempat yang benar-benar menjadi sumber ilmu baik pengetahuan umum maupun ilmu agama dengan cara terus menerus atau “continue” agar nantinya kita bisa perbindah atau hijrah dari seseorang yang jahiliah menjadi orang yang berilmu dan bersuri tauladan baik. Selain itu, ke depan kita dapat mengubah diri sendiri maupun mengubah suatu kelompok lebih baik dan berkembang sehingga nantinya bermanfaat bagi masyarakat.

Kavadya Syska, S.P., M.Si. Koordinator Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto menjelaskan bahwa Tahun Baru Islam 1443 H menjadi bagian dari milestone dalam semangat hijrah untuk terus “continous improvement” dengan semangat terbarukan dalam menjalani amanah kehidupan. Continous improvement menjadi sebuah kata kunci untuk senantiasa adaptif terhadap pergerakan global yang sangat cepat.

Sumber: wawancara dan studi pustaka
Teknologi Pangan: Kreatif, Inovatif, Luar Biasa
Teknologi Pangan: Developing Creative and Innovative Future

https://pstp.unupurwokerto.ac.id

Leave a Reply

Your email address will not be published.