Mahasiswa-Teknologi Pangan: Preferensi Organoleptik Konsumen Manisan Carica Turut Realisasikan Mimpi Yogi Menyandang Sarjana dengan Predikat “Cum Laude” 3 Tahun 11 Bulan di Program Studi Teknologi Pangan
e-Foodtech Future – Manisan Carica adalah manisan yang terbuat dari buah carica. Buah carica merupakan buah jenis pepaya yang hidup di dataran tinggi basah. Di Wonosobobuah ini banyak ditanam dan dijadikan produk makanan, salah satunya adalah Manisan Carica. Manisan Carica ini banyak diproduksi oleh masyarakat Wonosobo, khususnya daerah Dieng dan dijadikan jajanan atau oleh – oleh khas dari Dieng,Wonosobo, Jawa tengah.
Buah carica ini sekilas seperti buah pepaya, namun ukurannya lebih kecil. Saat di belah akan terlihat dagingnya yang berwarna kuning dan biji buahnya yang diselimuti lendir. Biji buahnya yang berlendir inilah yang di gunakan untuk membuat sirup manisan karena rasanya yang manis namun sedikit asam dan memiliki aroma yang khas.
Faktor utama yang menentukan penerimaan konsumen adalah sifat sensori, khususnya aspek citarasa dan warna suatu bahan pangan. Setiap produsen memiliki resep rahasia tersendiri untuk membuat produk yang disesuaikan oleh pabrik. Preferensi konsumen terhadap karakteristik organoleptik beberapa produk manisan carica khas Wonosobo merdorong untuk dilakukan penelitian tentang Preferensi Konsumen terhadap Karakteristik Organoleptik Beberapa Produk Manisan Carica Khas Wonosono. Demikian disampaikan Yogi Saputri, Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto pada Seminar Hasil Penelitian Skripsi, Jumat 6 Agustus 2021.
Skripsi yang dibimbing oleh Kavadya Syska, S.P., M.Si., dan Hikmah Yuliasari, S.TP., M.Sc. ini diharapkan mengetahui preferensi konsumen terhadap karakteristik organoleptik produk carica dari segi atribut warna, aroma, rasa asam, rasa manis, dan kerenyahan manisan carica khas Wonosobo Dengan demikian, produk lokal carica ini dapat terukur tingkat preferens konsumen untuk ekspansi produk ke depan dan lebih berdaya saing.
Yogi, demikian panggilan Yogi Saputri, lahir Purbalingga 1997 sebagai anak ke-4 dari 7 bersaudara dari pasangan Bapak Margono dan Ibu Sarmini. Yogi bertempat tinggal Desa Karangcengis, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Yogi memulai pendididkan di RA Diponogoro Karangcengis lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke tingkat dasar SD N 2 Desa Karangcengis lulus pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan ke tingkat menengah pertama di MTs Ma’arif NU 09 Kutawis lulus pada tahun 2013. Jenjang pendidikan menengah tahun 2016 di MA Minhajut Tholabah sebelum melanjutkan ke program studi Teknologi Pangan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto. Selama menempuh studi, aktif menjadi anggota Himitepa, Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan. Juga, aktif di organisasi masyarakat PR IPNU-IPPNU Desa Karangcengis, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Pengalaman belajar di Program Studi Teknologi Pangan menajamkan intuisi akan pentingnya produks pangan yang halal, bergizi, dan aman dikonsumsi berbasis produk-produk lokal. Selain itu, inovasi produk pangan baru menjadi bagian semangatnya selepas kuliah.
Yogi berhasil menyelesaikan Ujian Skripsi pada tanggal 6 Agsutsu 2021. Dihadapan 4 Dosen tim penguji berhasil menjelaskan secara detil dan rinci mengenai preferensi konsumen terhadap karakteristik organoleptik beberapa produk manisan carica khas Wonosobo. Dosen Penguji Ujian Skripsi terdiri atas 4 dosen penguji yaitu: Kavadya Syska, S.P., M.Si., Hikmah Yuliasari, S.TP., M.Sc., Laksmi Putri Ayuningtyas, S.TP., M.Sc., dan Asti Dewi Nurhayati, S.Pd., M.Pd.
Pada hari yang sama, Yogi Saputri resmi menyandang Gelar S.TP. (Sarjana Teknologi Pertanian) dengan IPK sebesar 3,55 dengan Predikat “Dengan Pujian” / “Cumlaude” saat Yudisium yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, Billy Arifa Tengger, S.Si., M.Sc. secara daring. Yogi menyelesaikan studi di Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto selama 47 bulan (3 Tahun 11 bulan).
Kavadya Syska, S.P., M.Si. Koordinator Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto menjelaskan bahwa terus mendorong Mahasiswa unutk lulus tepat waktu, bahkan lebih cepat dengan kompetensi yang dapat bersaing selepas lulus kuliah, selain itu berkontribusi kepada masyarakat.
Sumber: wawancara
Teknologi Pangan: Kreatif, Inovatif, Luar Biasa
Teknologi Pangan: Developing Creative and Innovative Future
https://pstp.unupurwokerto.ac.id